
Padang Literary Biennale, festival sastra dua tahunan, yang diadakan secara swadaya oleh Komunitas Kandangpadati di bawah payung Lembaga Kebudayaan Ranah, dibantu donasi oleh mereka yang peduli terhadap dunia kesusastraan. Festival ini diadakan pertama kalinya di tahun 2012 untuk menghadirkan sebuah festival bermatabat di kota Padang, di balik kurangnya apresiasi pemerintah terhadap agenda kesusastraan, agar gairah dunia kesusastraan Sumatera Barat tidak padam begitu saja.
Gairah kesusastraa Sumatera Barat tersebut ditandai dengan permunculan karya-karya sastra dari sastrawan asal Sumatera Barat di halaman sastra koran daerah dan nasional, hadirnya buku-buku sastra, serta diundangnya mereka dalam agenda sastra di luar daerah. Selain itu Padang Literary Biennale ingin menghadirkan sebuah festival dengan standar sendiri, dalam artian, festival ini direncanakan berlangsung dengan tema-tema berdasarkan penggalian terhadap keunikan khazanah kebudayaan Minangkabau.
Agenda Padang Literary Biennale yang pertama dilaksanakan dengan mengundang belasan orang sastrawan muda asal Sumatera Barat untuk membacakan karyanya di depan masyarakat umum. Tempat pelaksanaan Padang Literary Biennale pertama juga sangat sederhana, di halaman rumah kontrakan yang dinamakan Kandangpadati, Gg. Kabun, Jl. Tunggan, Kel. Pasaambacang, pada tanggal 28 April 2012. Tidak hanya para sastrawan muda saja membacakan karya, beberapa komunitas seni di kota Padang diundang untuk menghadirkan dramatisasi puisi, musik tradisi dan musikalisasi puisi. Komunitas-komunitas yang ikut membantu pelaksanaan Padang Literary Biennale pertama tersebut di antaranya Ranah Teater, Komunitas Rumah Teduh, Serunai Laut, Nan Tumpah, Bengkel Seni Tradisi Minangkabau, dan Teater Imam Bonjol.
Festival ini untuk kedepannya akan berupaya terus melakukan perkembangan, baik bentuk dan konten acara, dengan mengundang para penulis-penulis pilihan dari seluruh daerah di Indonesia atau manca negara dan menghadirkan bentuk kesenian lain selain sastra. Dengan tidak melupakan gagasan utamanya, diadakan secara swadaya, menghadirkan festival bermartabat, dan ditujukan bagi masyarakat di ruang-ruang publik milik masyarakat.